Apa Penyebab Perang Banjarmasin di Masa Lalu?
Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.
Ya, hal itu juga berlaku bagi kita warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, di Banjarmasin juga banyak sejarah-sejarah tak terlupakan -- salah satunya adalah sejarah Perang Banjar.
Di masa lalu pernah terjadi Perang Banjar, yang disebabkan karena adanya penjajah Kolonial Belanda yang membuat masyarakat Banjar menderita. Maka dari itu, perlawanan melawan penjajah pun dilakukan -- dan terkenal dengan sebutan Perang Banjar.
Sekilas Tentang Perang Banjar
Perang Banjar, atau bisa disebut Perang Banjar - Barito / Perang Kalimantan Selatan, adalah sebuah perang yang terjadi sebagai bentuk perlawanan atas penjajahan yang dilakukan oleh Kolonial Belanda. Perang ini berlangsung dari tahun 1859 hingga 1905/1906, dan terjadi di wilayah Kesultanan Banjar yang meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Awal mula terjadinya konflik adalah sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Bahkan Belanda juga ikut campur dalam urusan Kerajaan Banjar sehingga membuat konflik tak bisa dihindarkan. Seperti di daerah lainnya, Belanda menggunakan strategi adu domba untuk menghancurkan kerajaan dari dalam.
Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dan didukun oleh pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe). Sayangnya perlawanan tersebut gagal, sehingga Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon (kini Sri Langka).
Kronologis Perang Banjar
Seperti perang melawan penjajah di daerah lainnya, strategi dalam Perang Banjar adalah perang gerilya. Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari fokus membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan.
Peperangan tersebut melibatkan persatuan rakyat Banjar dan rakyat Dayak yang diikat dengan relasi kekeluargaan dan kekerabatan melalui pernikahan. Ikatan tersebut melahirkan status pegustian dan temenggung yang menjadi sarana pemersatu dan solidaritas Banjar-Dayak ketika menghadapi penjajah Belanda.
Selain menjalin relasi dengan masyarakat Dayak, Pangeran Antasari juga menjalin kerjasama dengan Kesultanan Kutai Kertanegara melalui kerabatnya di Tenggarong. Selain itu, Pengeran Antasari sering berkirim surat dengan pangeran Kutai lainnya, seperti Pangeran Nata Kusuma, Pangeran Anom, dan Kerta. Para pangeran inilah yang menjadi "jalur distribusi" penyelundupan senjata api dari Kutai ke Tanah Banjar, agar tak terdeteksi oleh Belanda.
Sayangnya, usaha yang dilakukan oleh Pangeran Antasari tak berlanjut saat perang dipimpin oleh keturunanya. Sultan Kutai, Aji Muhammad Sulaiman justru tidak merespon permintaan bantuan dari Pangeran Perbatasari. Bahkan sang pangeran malah dilaporkan dan ditangkap oleh Belanda pada tahun 1885.
Area peperangan
Adapun medan pertempuran dalam Perang Banjar mencakup wilayah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Di dalamnya juga termasuk daerah sungai Barito.
Benteng-benteng pertahanan yang terkenal di hulu dan hilir Teweh, meliputi:
- Benteng Gunung Sulit
- Benteng Guyu
- Benteng Bayan Begok
- Benteng Laing Umbung
- Benteng Pangin
- Benteng Takko, dekat perbatasan Kutai
- Benteng Bamunan
- Benteng Terumbang.
Setelah perang berakhir
Ketika perang memasuki saat-saat terakhir, Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat. Meski begitu, perjuangan tetap dilanjutkan oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman.
Dengan dipimpin oleh nama-nama tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20. Namun pada akhirnya Kerajaan Banjar kalah dan takluk di tangan Belanda
Setelah perang berakhir, ada banyak dampak yang terjadi meliputi:
1. Bidang politik:
- Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
- Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
2. Bidang ekonomi:
- Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.
Baca juga:
Siapa pendiri kerajaan Banjarmasin?
Itulah dia pemaparan tentang penyebab Perang Banjar di masa lalu, serta strategi perang, medan tempur, dan pasca peperangan berakhir.
Semoga info di atas bisa menambah pengetahuan anda mengenai sejarah Kerajaan Banjar di masa lampau. (af)
Ya, hal itu juga berlaku bagi kita warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, di Banjarmasin juga banyak sejarah-sejarah tak terlupakan -- salah satunya adalah sejarah Perang Banjar.
Di masa lalu pernah terjadi Perang Banjar, yang disebabkan karena adanya penjajah Kolonial Belanda yang membuat masyarakat Banjar menderita. Maka dari itu, perlawanan melawan penjajah pun dilakukan -- dan terkenal dengan sebutan Perang Banjar.
Tentang penyebab perang Banjarmasin di masa lampau |
Sekilas Tentang Perang Banjar
Perang Banjar, atau bisa disebut Perang Banjar - Barito / Perang Kalimantan Selatan, adalah sebuah perang yang terjadi sebagai bentuk perlawanan atas penjajahan yang dilakukan oleh Kolonial Belanda. Perang ini berlangsung dari tahun 1859 hingga 1905/1906, dan terjadi di wilayah Kesultanan Banjar yang meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Awal mula terjadinya konflik adalah sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Bahkan Belanda juga ikut campur dalam urusan Kerajaan Banjar sehingga membuat konflik tak bisa dihindarkan. Seperti di daerah lainnya, Belanda menggunakan strategi adu domba untuk menghancurkan kerajaan dari dalam.
Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dan didukun oleh pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe). Sayangnya perlawanan tersebut gagal, sehingga Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon (kini Sri Langka).
Kronologis Perang Banjar
Seperti perang melawan penjajah di daerah lainnya, strategi dalam Perang Banjar adalah perang gerilya. Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari fokus membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan.
Peperangan tersebut melibatkan persatuan rakyat Banjar dan rakyat Dayak yang diikat dengan relasi kekeluargaan dan kekerabatan melalui pernikahan. Ikatan tersebut melahirkan status pegustian dan temenggung yang menjadi sarana pemersatu dan solidaritas Banjar-Dayak ketika menghadapi penjajah Belanda.
Selain menjalin relasi dengan masyarakat Dayak, Pangeran Antasari juga menjalin kerjasama dengan Kesultanan Kutai Kertanegara melalui kerabatnya di Tenggarong. Selain itu, Pengeran Antasari sering berkirim surat dengan pangeran Kutai lainnya, seperti Pangeran Nata Kusuma, Pangeran Anom, dan Kerta. Para pangeran inilah yang menjadi "jalur distribusi" penyelundupan senjata api dari Kutai ke Tanah Banjar, agar tak terdeteksi oleh Belanda.
Sayangnya, usaha yang dilakukan oleh Pangeran Antasari tak berlanjut saat perang dipimpin oleh keturunanya. Sultan Kutai, Aji Muhammad Sulaiman justru tidak merespon permintaan bantuan dari Pangeran Perbatasari. Bahkan sang pangeran malah dilaporkan dan ditangkap oleh Belanda pada tahun 1885.
Area peperangan
Adapun medan pertempuran dalam Perang Banjar mencakup wilayah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Di dalamnya juga termasuk daerah sungai Barito.
Benteng-benteng pertahanan yang terkenal di hulu dan hilir Teweh, meliputi:
- Benteng Gunung Sulit
- Benteng Guyu
- Benteng Bayan Begok
- Benteng Laing Umbung
- Benteng Pangin
- Benteng Takko, dekat perbatasan Kutai
- Benteng Bamunan
- Benteng Terumbang.
Setelah perang berakhir
Ketika perang memasuki saat-saat terakhir, Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat. Meski begitu, perjuangan tetap dilanjutkan oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman.
Dengan dipimpin oleh nama-nama tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20. Namun pada akhirnya Kerajaan Banjar kalah dan takluk di tangan Belanda
Setelah perang berakhir, ada banyak dampak yang terjadi meliputi:
1. Bidang politik:
- Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
- Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
2. Bidang ekonomi:
- Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.
Baca juga:
Siapa pendiri kerajaan Banjarmasin?
Itulah dia pemaparan tentang penyebab Perang Banjar di masa lalu, serta strategi perang, medan tempur, dan pasca peperangan berakhir.
Semoga info di atas bisa menambah pengetahuan anda mengenai sejarah Kerajaan Banjar di masa lampau. (af)